


corat-coret yang saya pikir berguna buat saya dan mungkin juga berguna buat orang lain kalau akhirnya tidak berguna minimal seperti "kecap manis" penambah rasa saja
Naaaaaaah model tulisan kayak gini nih yang sebetulnya tidak pernah saya baca maklum otak saya ini cuma saya kasih gizi dari novel populer dan yang pastinya komik-komik cerah ceria, konyol,lucu dan kadang-kadang gak mutu itu, cuma semuanya berbeda ketika saya kenal Kuntowijoyo.Saya taunya ini karya sastra juga karena karya pak Kuntowijoyo ini di toko buku adanya di rak bagian sastra.
Kalau mau dirunut perkenalan saya dengan Kuntowijoyo juga gak sengaja, jadi waktu saya kerja di sebuah instansi pemerintah di Kota Bogor, pada suatu hari di meja yang bukan meja saya saya menemukan sebuah buku, yang terus terang aja penampilannya tidak menarik blom lagi halamannya yang somplek sana-somplek sini gak napsuin,tapi mungkin pada waktu itu saya gak punya kerjaan atau apalah akhirnya terbacalah buku itu judulnya “dilarang mencintai bunga-bunga” karya kuntowijoyo.
Huruf demi huruf kata demi kata kalimat demi kalimat paragraf demi paragraf bab demi bab tidak terasa sudah saya lalui, huuuuaaa rasanya saya suka nih buku, saya jadi bangga pada diri sendiri kok mampu ya saya baca buku model kayak gini, dengan curiga saya mbatin apakah ini diri saya yang sebenarnya ato jangan-jangan ini jelmaan siluman kutu buku?
Dari situ mulailah perburuan saya untuk mencari buku-buku kuntowijoyo yang lain, tapi ya ampuuun entah ini cuma saya atau orang lain juga merasakan, susah ya cari bukunya pak Kun ini.
Seprono seprene (ini ungkapan dalam bahasa jawa yang ketika saya menulis ini otak saya tidak mampu cari padanan bahasa Indonesianya) walaaaah jangan-jangan saya termasuk dalam statistik itu, data dimajalah Intisari edisi bulan November 2009 yang mengatakan 8 dari 10 orang Indonesia mengalami depresi yang salah satu tanda utamanya menjadi pelupa….haaaaah….kacow-kacow….depresi, halusinasi, sosialisasi, isolasi, kontrasepsi..…kata-kata itu…gaswat-gaswat……………jadiiiiiiiiii seprono seprene cuma 2 buku karya Kuntowijoyo yang saya punya pertama dilarang mencintai bunga-bunga dan yang kedua khotbah diatas bukit.
Buku pertama merupakan buku yang saya temukan yang mana dalam hal ini saya mengakui bahwa saya tidak berusaha mencari siapa yang empunya buku dan yang penting emang gak ada yang nyariin juga…semoga ikhlas
Buku kedua saya dapat di MP book point kemang ketika saya dalam kejenuhan di kantor dan solusinya saya izin dines luar pura-pura ngurus
Tidak seperti para penikmat sastra lain yang bisa mengungkapkan secara indah dan mendalam karya seseorang, saya tidak bisa menjabarkan secara panjang lebar dengan tulisan kenapa saya suka karya pak Kuntowijoyo, yang pasti yang membuat saya suka sama karya pak Kuntowijoyo ini adalah ketika membaca karya beliau rasanya saya seperti tersedot dalam suasana, hawa, perasaan yang dihadirkan dalam buku itu, rasa risih juga tidak ada, tidak seperti karya sastra lain yang kalau menurut saya kadang-kadang dari judulnya aja sudah “provokatif”.
Komik tintin merupakan salah satu buku yang harus saya punyai dan baca, komik karya herge ini sudah saya kenal sejak zaman SD dan sampai sekarang ni komik gak ada matinya di mata saya.
Petualangan tintin bukan saja memberi suatu hiburan tapi juga pengetahuan mengenai budaya negara lain, politik, kriminal, juga isu-isu sosial yang dikemas secara ringan dan konyol, belum lagi tokoh-tokohnya yang unik karakternya, dan yang enggak ketinggalan sumpah serapahnya kapten haddock yang melegenda itu “Babi Ompong!; Babon bulukan!; Badut budukan!; Bakso busuk!; Bajingan!; Bandit!; Bandot!; Bandot tua!; Biang panu!; Belalang liar!; Cacing kering!; Dasar bandit!; Dendam kesumat!; Garong!; Ikan asin!; Jangkrik!; Jembel kesasar!; Jin peot!; Kanibal!; Kambing!; Kambing kudisan!; Kambing guling!; Kebo kudisan!; Kepiting goreng!; Kodok kesasar!; Kutu busuk!; Monyet!; Monyong!; Orang utan!; Pembalasan!; Racun tikus!; Setan laut!; Setan sinting!; Sompret!; Tikus bau!; Topan badai!; Udang busuk!.”
Dalam salah satu artikel yang membahas tentang komik tintin ini (di majalah intisari kalau gak salah) ternyata dalam petualangannya yang terjadi di hampir seluruh dunia, tintin juga pernah mampir di Indonesia, saat itu dia mampir di bandara waktu itu masih bandara kemayoran namanya belum bandara Soekarno Hatta.
Makanya saya kaget banget ketika beberapa bulan yang lalu secara kebetulan nemuin tampilan fisik buku tin tin yang berbeda dari biasanya, kalau dulu segede folio ukurannya sekarang cuma segede buku tulis gedean dikit lagi ukurannya.
Keterkejutan saya bertambah lagi ketika membaca isinya, nama tokoh-tokohnya itu lho yang bikin pangling… berubah.
Penasaran donk soalnya saya kenal tin tin sudah lama sekali dan ngefans juga, kok tiba-tiba dia berubah ya?
Usut punya usut ternyata tin tin berubah karena penerbitnya beda kalau dulu diterbitin indira sekarang diterbitin gramedia, soalnya penerbit yang dulu indira mengalami kebakaran dan semacam file-file yang gunanya untuk mencetak komik tin tin juga ikut terbakar, jadilah indira bangkrut plus tidak bisa menerbitkan tin tin lagi.
Mengenai nama yang berubah…nah ini ni yang bikin sewot…maklum sudah masuk kehati rasanya nama-nama tokoh di komik tin tin itu, ternyata alasannya adalah…karena hak cipta penerbitan masih dipegang oleh indira sehingga gramedia gak boleh pakai lagi… alhasil gramedia menerbitkan dengan menerjemahkan dari buku komik tin tin yang berbahasa prancis, dan ternyata nama-nama tokoh komik tin tin yang diterbitkan gramedia itu adalah nama aslinya malah kalau yang terbitan indira itu merupakan nama tokoh yang telah disesuaikan, terjemahan dari terbitan amerika atau inggris gitu (maaf lupa-lupa ingat)…ya ampun !!!! tadinya yang gondok banget dan gak rela nama-nama tokoh komik tin tin jadi berubah jadi mikir…bagusan gini nih lebih original….Cuma saya masih sangat terganggu dengan ukurannya saja, tidak bersahabat dengan mata bikin sakit.
Terlepas dari itu semua saya senang masih bisa menemukan tintin enggak kayak komik pino poni… tu komik sudah gak ketahuan lagi juntrungannya padahal bagus dan lucu pula.
Sumber :
Sumber-sumber lain